Sunday, February 19, 2012

S T I L L

S T I L L

Artist : Saga x Shou

Age : Everyone

Suara piano mengiringi malam itu. Tangis sendu terdengar dari semua orang. Semua melihat peti yang terbuka. Didalamnya sebuah tubuh tergeletak dengan indahnya. Semua memandang penuh iba. Suara piano yang berdenting membuat Saga merinding. Air matanya terkuras habis. Nyonya Kohara sudah tiga kali jatuh pingsan dan Tuan Kohara tidak bisa membuka matanya dengan sempurna karena terlalu banyak menangis. Saga menggengam buket bunga kesukaan kekasihnya itu. Dia berjalan diiringi suara piano yang melantunkan lagu kematian. Seperti malaikat bersayap hitam pekat Saga menaruh buket bunga di samping peti kekasihnya. Dia terdiam lama dan menitikan air mata.

Semua orang melihat Romo memasuki ruangan. Mereka menghapus jejak air mata di pipi basah mereka. Sang Romo melihat pemandangan mengenaskan itu. Lalu dia berkata “Mari kita berdoa untuk kematian kerabat kita ini.” Semua berdiri tegak. “Dalam nama bapak, putra dan roh kudus…” Semua membuat salib. “Bapak kami yang berada di surga. Kami kehilangan sosok yang paling kami sayangi. Dia menemuimu lebih dulu dari pada kami. Tolong lindungi dan bawalah dia selalu di sampingmu Bapa. Tolong ampuni dosa-dosanya dan berikanlah dia tempat yang pantas di surga.” Romo membaca beberapa ayat Alkitab lalu semua kembali hening. “Terimalah Kohara Kazumasa di sampingmu Bapa, menjadi malaikat di surgamu kelak. Demi nama bapak, putra, dan roh kudus.” Semua menutup doa dan membuat salib.

Sungguh upacara kematian yang syahdu. Semua berangsur-angsur meninggalkan ruangan. Dan yang tersisa hanya orang tua Shou dan Saga. Mereka menutup peti mati Shou. Dan Nyonya Kohara tidak berhenti menangis. “Seandainya, seandainya ada cara untuk menghidupkannya kembali!” Nyonya Kohara menangis dan berteriak. Tuan Kohara menenangkan istrinya sabar. “Sudah, lebih baik kita pulang. Ada kehidupan yang kita jalankan.” Tuan Kohara berkata lirih merangkul Nyonya Kohara keluar. “Saga, apa kau masih ingin tinggal sebentar disini?” Tanya Tuan Kohara kepada Saga. “Iya paman. Saya masih ingin bersama Shou sebentar lagi. Sebelum besok dia dikuburkan.” Saga menjawab lirih. Jawaban Saga membuat Nyonya Kohara semakin sedih. Tapi orang tua Shou itu pergi meninggalkan Saga sendirian.

“Sayang..” Saga memanggil pelan. Dibukanya lagi tutp peti yang menutupi pemandangannya. “Kenapa ya, aku ngerasa kamu masih hidup. Masih ada disampingku. Gak kerasa loh kamu ketemu sama tuhan duluan. Kamu bilang kamu kangen sama Tuhan kan? Itu salahku dari minggu-minggu yang lalu gak ngajak kamu ke gereja. Eh kamu malah diajak tuhan ke gereja di surga sana.” Saga mengoceh sambil menatap muka pucat Shou. Air mata Saga kembali jatuh “Boleh gak aku titip salam sama Tuhan? Tolong bilangin sama Tuhan kalau aku mau nyusul kamu. Kira-kira kapan ya sayang kita hidup bahagia berdua di Surga? Aku nunggu panggilan tuhan nih.” Saga tersenyum lirih. Lalu dia merasa seperti ada suara yang mengusik hati dan pikirannya. “Kamu mau bilang kalau aku jangan nangis? Emangnya aku gak keliatan keren ya kalo lagi nangis? Apa? Kamu gak ngebolehin aku nyusul kamu? Kenapa? Ooh, kamu pengen aku puas-puasin hidup di dunia yang kotor ini? Kamu bener gak mau aku ada disampingmu disana?” Saga semakin mengoceh. Dia merasa ada suara Shou dan ada aura Shou disekitarnya. Dia berbicara asik sendiri sambil menatap tubuh kaku Shou. “Oh iya sayang. Aku punya hadiah sebenarnya.” Saga berkata dan mengeluarkan kotak berwarna perak. “Ini, hadiah anniversary kita yang ke 7 tahun. Kamu mau gak nikah sama aku?” Saga bertanya pada tubuh Shou. Diam hening. “Kamu gak bisa jawab sekarang ya? Okay okay. Ini buat kamu, oleh-oleh dari aku semoga kamu inget aku disurga sana.” Saga menyematkan cincin kecil di jari manis Shou. “Oh, kamu bakal tetep inget aku? Hehe makasih ya sayang.” Saga berkata dan mengecup dahi pucat Shou. Saga sama sekali tidak merasa takut akan mayat Shou. Lalu Saga meninggalkan ruangan. Dia berkata terakhir kali sebelum keluar “Ayo kita ke apartemen sayang…”

Saga menyupir mobilnya pelan. Dia merasa sangat pusing karena terlalu banyak menangis. Dia melewati jalan-jalan sepi menuju apartemennya. Dia turun dari mobil. Saga merasa Shou masih disampingnya. Dia tidak merasa kesepian secara batin. Karena batinnya seperti masih terkoneksi dengan Shou. Saga berjalan seperti ada Shou disampingnya.

Saga membuka pintu apartemennya. Barang-barang Shou tergeletak dimana-mana. Ada kemeja Shou yang sudah dipakai bertengger manis di atas sofa. Cangkir Shou yang masih berisi air. Topi Shou di atas kursi. Buku-buku Shou di Rak. Mainan-mainan kecil dan boneka di depan Tivi. “Liat deh sayang, apartemen kita berantakan banget. Soalnya semenjak kamu masuk rumah sakit aku gak pernah balik kesini.” Saga berkomentar. Ia lepas jaketnya dan menggantungnya di belakang pintu kamarnya. Saga memandang kasurnya. Seprei masih berantakan dan selimut tak terlipat. Meja riasnya penuh kosmetik Shou. Saga mendekati meja rias. Dia mengambil parfum Shou. “BVLGARI BLACKmu udah mau abis nih sayang. Wanginya khas banget. Inget kamu setiap nyium ini.” Saga berkata. “Kamu gak niat ganti parfum kan? Oh nggak niat. Baguslah kalo gitu.” Kata Saga lagi. Saga terduduk, tas nya dia taruh di bawah meja kamarnya. Kunci mobilnya dia taruh di mejanya. Saga tertunduk. “Biasanya kalau aku pulang kerja kamu selalu duduk di tempat tidur ini. Baca buku kek, nulis-nulis lirik kek. Terus pasti aku disiapin air mandi deh.” Saga kembali mengoceh. “Udah gak bisa lagi? Haha emang udah gak bisa. Kamu kan udah di Surga sana.” Saga kembali mengoceh. Dia memandang kamarnya yang sunyi. Dia merasa keheningan ini membunuhnya. “Aku harus beres-beres apartemen nih. Hah? Kamu mau bantu? Oke oke kamu bisa kok bantu aku.” Saga berniat membereskan apartemennya yang berantakan setelah 3 hari dia tinggal.

Dia mulai dari kamar tidurnya. Dia mengganti seprei dan bedcovernya. Dia menyusun mejanya yang berantakan. Dia menyapu dan mengepel. Dia melihat tumpukan baju kotor. Baju kotor Shou menumpuk. Salah satunya sudah ada bercak darahnya. Saga menghela napas tidak kuat. Dia tidak bisa mengingat betul sejak kapan orang yang paling dia kasihi itu batuk-batuk darah. Dia tidak bisa yakin seratus persen apakah kekasihnya itu sakit dan menderita atau penyakitnya itu terasa sepertfi flu biasa. Dia memasukkan seluruh baju kotor ke mesin cuci. Kamarnya sudah rapi. Terakhir dia mengelap frame photo dia dan Shou yang tergantung di dinding.

Lalu dia membereskan dapur. Dia mencuci piring, menyapu dan mengepel dapur. Dia melihat cangkir Shou. Dia tidak mencucinya. Dia buang airnya dan dia taruh di sebuah kotak transparan. Dia pajang cangkir itu diatas kulkas. Dia ingin semua bekas Shou terjaga rapi. Dia bongkar isi kulkas. Semua makanan basi dia buang. Lalu dia melihat celemek Shou. “Haha aku inget banget kamu selalu pakai ini kalau masak. Supaya kayak chef? Yang benar saja.” Saga berkata dan tertawa geli. Dan dia meneruskan membereskan piring dan gelas.

Dia menuju kamar mandi. Dia merinding melihat kamar mandinya. Darah kering dimana-mana. Bathtub nya yang putih sedikit berubah warna. Handuk penuh darah di lantai. Shower yang tidak tergantung ditempatnya. “Parah banget ulah mu sayang.” Saga bergeming. Dia mulai menyiram darah-darah yang berceceran. Dia menyikat darah-darah kering itu. Menyikat bathtub. “Beneran deh aku gak mau masuk kamar mandi ini. Inget sama kamu sih. Waktu itu kamu lagi mandi ya kan? Terus abis kamu berendam di bathtub kamu keramas di shower. Eh tiba-tiba kamu ngerasa pusing dan batuk-batuk ya? Terus hidung dan mulutmu memuntahkan darah. Kamu lap pakai handuk tapi malah tambah sakit kan? Lihat nih darahnya dimana-mana.” Saga mengoceh sambil membersihkan kaca. Dia merinding. Sebenarnya dia tidak mau mengingat kejadian sore itu. Lalu dengan segera dia keluar kamar mandinya dengan perasaan sedih.

Keluar dari kamar mandi dia melihat ruang tengahnya. Berantakan. Dengan kebanyakan barang Shou. Dia mulai dari meja tengah. Majalah-majalah Shou. Kertas-kertas berisi lirik, bungkus coklat dan permen. Boneka panda kecil. Semua dibereskan Saga. Kemeja Shou yang baru sekali dipakai Saga lipat. Saga masukkan kembali ke lemari bajunya. “Kalau nyium kemeja yang abis kamu pakai ini aku ngerasa kamu didekat aku.” Ujar Saga. Lalu dia menyapu dan mengepel ruang tengah. “Kalau kamu lagi disini sendirian kamu ngapain aja? Nulis lirik sama baca buku doang? Gak bosen apa? Oh kadang-kadang nonton tivi. Hem, enak yah gak sibuk.” Saga kembali mengoceh. Dan tak terasa apartemennya sudah rapi.

Saga duduk di sofanya. Dia kembali menangis. “Jangan nangis? Kamu nyuruh aku gak nangis setelah kepergianmu? Haha. Aku bisa gila sayang kamu tinggal kayak gini.” Saga berkata. Dia menatap sofa biasanya Shou duduk. “Apartemen ini penuh kenangan kita. Aku gak mau tinggal disini lagi.” Saga berkata lirih. “Hah? Aku gak boleh pergi dari sini? Supaya bisa tetep inget sama kamu? Yang bener aja adanya aku inget terus sama kamu. Dan itu buat aku gila.” Saga berkata lagi. Dia menyulut rokok dan merokok dengan tidak santainya. “Besok pagi aku harus mengkuburkanmu sayang.” Saga berkata di sela kebul asap rokoknya. “Hah? Kamu mau kita jalan-jalan ke tempat kita biasa ngedate? Ngapain?” saga berkata lalu dia terdiam. “Kamu bilang apa?” Tanya Saga lagi. Lalu hening “Kamu bilang kalau aku bakal nyusul kamu secepatnya?” saga berkata heran.

Saga berangkat pagi sekali kerumah Shou. Orang tua Shou sudah didepan pintu. Mereka sudah siap untuk ke pemakaman Shou. Dimobil semua diam. Hening. Tapi didalam pikiran dan hati Saga Shou terus mengoceh. Setiap perjalanan Shou berkata bahwa ini sebuah kenangan. Jalan yang mereka lewati ini adalah kenangan.

Kuburan pagi itu sudah ramai. Orang-orang berbaris dan melantunkan nyanyian doa. Saga dan keluarga Shou juga berdoa. Sampai peti coklat besar itu masuk ke liang kubur. Nyanyiian pun menjadi isak tangis.

Setelah pemakaman itu semua pulang. Kuburan menjadi sepi di siang bolong. Saga mulai berkata “Sayang kuburanmu bagus. Nissannya indah dan bertebar bunga.” Saga memandang kuburan kekasihnya. Seteah itu dia segera pergi ke tempat yang sudah dia rencanakan.

Saga menuju sebuah taman. Taman pertama kali dia ngedate sama Shou. “Liat deh sayang dulu kamu pernah duduk di batu itu terus aku poto. Kamu masih inget simpen dimana? Hebat padahal aku aja udah lupa taruh dimana.” Saga berkata. Dia menyusuri taman itu sendirian. Melihat dan mengenang kenangan indah bersama kekasihnya. Siang menjelang sore dia duduk di bangku biasa dia dan Shou duduk. Dia melihat danau kecil yang biasa dia lihat. Hanya termenung, mendengarkan hati Shou berbicara. Lalu menjelang malam Saga bangkit untuk pergi. “kamu ngomong apa sayang?” Saga bertanya. “Walaupun kamu sudah meninggal dan berada disurga sana kamu dan kenanganmu masih tetap ada.” Saga berkata lirih. Dia pergi meninggalkan taman itu. Entah kenapa dia merasa sangat tertekan dan sedih. Dia merasa tidak kuat hidup tanpa Shou.

Saga memacu kecepatan 70 km dalam kota. Dia mendengar hati Shou bicara, lalu saat ada persimpangan dia mendengar kekasih tercintanya itu berkata Kalau kamu berbelok ke kanan, kamu akan bertemu aku segera. Kita akan merajut mimpi kita disurga Tuhan. Semua cita-cita dan impian kamu bakal terwujud Saga. Mendengar bisikan itu Saga berhenti mendadak. Naasnya truck besar menabrak mobil Porsche hitam Saga. Mobil Saga terhempas 10 meter dari tempat awalnya. Dan Saga tidak mendengar apa-apa lagi.

“Kami melaporkan kecelakaan yang terjadi di Persimpangan Kota. Truck barang menabrak mobil Porsche hitam ber plat 19-xxxx kronologisnya adalah saat lampu lalu lintas berwarna hijau mobil Porsche hitam itu tidak maju. Tapi saat lampu merah mobil itu melaju dan tiba-tiba berhenti di tengah persimpangan. Lampu sen Porsche hitam itu mengarah kearah kanan. Dan truck besar tidak mampu menghindar. Pengemudi Porsche hitam itu dinyatakan tewas seketika.”

I love you what ever you are. I chase you wherever you are. I still loving you even you not in my side.

-S T I L L-

Owari~

No comments:

Post a Comment