Sunday, February 19, 2012

S T I L L

S T I L L

Artist : Saga x Shou

Age : Everyone

Suara piano mengiringi malam itu. Tangis sendu terdengar dari semua orang. Semua melihat peti yang terbuka. Didalamnya sebuah tubuh tergeletak dengan indahnya. Semua memandang penuh iba. Suara piano yang berdenting membuat Saga merinding. Air matanya terkuras habis. Nyonya Kohara sudah tiga kali jatuh pingsan dan Tuan Kohara tidak bisa membuka matanya dengan sempurna karena terlalu banyak menangis. Saga menggengam buket bunga kesukaan kekasihnya itu. Dia berjalan diiringi suara piano yang melantunkan lagu kematian. Seperti malaikat bersayap hitam pekat Saga menaruh buket bunga di samping peti kekasihnya. Dia terdiam lama dan menitikan air mata.

Semua orang melihat Romo memasuki ruangan. Mereka menghapus jejak air mata di pipi basah mereka. Sang Romo melihat pemandangan mengenaskan itu. Lalu dia berkata “Mari kita berdoa untuk kematian kerabat kita ini.” Semua berdiri tegak. “Dalam nama bapak, putra dan roh kudus…” Semua membuat salib. “Bapak kami yang berada di surga. Kami kehilangan sosok yang paling kami sayangi. Dia menemuimu lebih dulu dari pada kami. Tolong lindungi dan bawalah dia selalu di sampingmu Bapa. Tolong ampuni dosa-dosanya dan berikanlah dia tempat yang pantas di surga.” Romo membaca beberapa ayat Alkitab lalu semua kembali hening. “Terimalah Kohara Kazumasa di sampingmu Bapa, menjadi malaikat di surgamu kelak. Demi nama bapak, putra, dan roh kudus.” Semua menutup doa dan membuat salib.

Sungguh upacara kematian yang syahdu. Semua berangsur-angsur meninggalkan ruangan. Dan yang tersisa hanya orang tua Shou dan Saga. Mereka menutup peti mati Shou. Dan Nyonya Kohara tidak berhenti menangis. “Seandainya, seandainya ada cara untuk menghidupkannya kembali!” Nyonya Kohara menangis dan berteriak. Tuan Kohara menenangkan istrinya sabar. “Sudah, lebih baik kita pulang. Ada kehidupan yang kita jalankan.” Tuan Kohara berkata lirih merangkul Nyonya Kohara keluar. “Saga, apa kau masih ingin tinggal sebentar disini?” Tanya Tuan Kohara kepada Saga. “Iya paman. Saya masih ingin bersama Shou sebentar lagi. Sebelum besok dia dikuburkan.” Saga menjawab lirih. Jawaban Saga membuat Nyonya Kohara semakin sedih. Tapi orang tua Shou itu pergi meninggalkan Saga sendirian.

“Sayang..” Saga memanggil pelan. Dibukanya lagi tutp peti yang menutupi pemandangannya. “Kenapa ya, aku ngerasa kamu masih hidup. Masih ada disampingku. Gak kerasa loh kamu ketemu sama tuhan duluan. Kamu bilang kamu kangen sama Tuhan kan? Itu salahku dari minggu-minggu yang lalu gak ngajak kamu ke gereja. Eh kamu malah diajak tuhan ke gereja di surga sana.” Saga mengoceh sambil menatap muka pucat Shou. Air mata Saga kembali jatuh “Boleh gak aku titip salam sama Tuhan? Tolong bilangin sama Tuhan kalau aku mau nyusul kamu. Kira-kira kapan ya sayang kita hidup bahagia berdua di Surga? Aku nunggu panggilan tuhan nih.” Saga tersenyum lirih. Lalu dia merasa seperti ada suara yang mengusik hati dan pikirannya. “Kamu mau bilang kalau aku jangan nangis? Emangnya aku gak keliatan keren ya kalo lagi nangis? Apa? Kamu gak ngebolehin aku nyusul kamu? Kenapa? Ooh, kamu pengen aku puas-puasin hidup di dunia yang kotor ini? Kamu bener gak mau aku ada disampingmu disana?” Saga semakin mengoceh. Dia merasa ada suara Shou dan ada aura Shou disekitarnya. Dia berbicara asik sendiri sambil menatap tubuh kaku Shou. “Oh iya sayang. Aku punya hadiah sebenarnya.” Saga berkata dan mengeluarkan kotak berwarna perak. “Ini, hadiah anniversary kita yang ke 7 tahun. Kamu mau gak nikah sama aku?” Saga bertanya pada tubuh Shou. Diam hening. “Kamu gak bisa jawab sekarang ya? Okay okay. Ini buat kamu, oleh-oleh dari aku semoga kamu inget aku disurga sana.” Saga menyematkan cincin kecil di jari manis Shou. “Oh, kamu bakal tetep inget aku? Hehe makasih ya sayang.” Saga berkata dan mengecup dahi pucat Shou. Saga sama sekali tidak merasa takut akan mayat Shou. Lalu Saga meninggalkan ruangan. Dia berkata terakhir kali sebelum keluar “Ayo kita ke apartemen sayang…”

Saga menyupir mobilnya pelan. Dia merasa sangat pusing karena terlalu banyak menangis. Dia melewati jalan-jalan sepi menuju apartemennya. Dia turun dari mobil. Saga merasa Shou masih disampingnya. Dia tidak merasa kesepian secara batin. Karena batinnya seperti masih terkoneksi dengan Shou. Saga berjalan seperti ada Shou disampingnya.

Saga membuka pintu apartemennya. Barang-barang Shou tergeletak dimana-mana. Ada kemeja Shou yang sudah dipakai bertengger manis di atas sofa. Cangkir Shou yang masih berisi air. Topi Shou di atas kursi. Buku-buku Shou di Rak. Mainan-mainan kecil dan boneka di depan Tivi. “Liat deh sayang, apartemen kita berantakan banget. Soalnya semenjak kamu masuk rumah sakit aku gak pernah balik kesini.” Saga berkomentar. Ia lepas jaketnya dan menggantungnya di belakang pintu kamarnya. Saga memandang kasurnya. Seprei masih berantakan dan selimut tak terlipat. Meja riasnya penuh kosmetik Shou. Saga mendekati meja rias. Dia mengambil parfum Shou. “BVLGARI BLACKmu udah mau abis nih sayang. Wanginya khas banget. Inget kamu setiap nyium ini.” Saga berkata. “Kamu gak niat ganti parfum kan? Oh nggak niat. Baguslah kalo gitu.” Kata Saga lagi. Saga terduduk, tas nya dia taruh di bawah meja kamarnya. Kunci mobilnya dia taruh di mejanya. Saga tertunduk. “Biasanya kalau aku pulang kerja kamu selalu duduk di tempat tidur ini. Baca buku kek, nulis-nulis lirik kek. Terus pasti aku disiapin air mandi deh.” Saga kembali mengoceh. “Udah gak bisa lagi? Haha emang udah gak bisa. Kamu kan udah di Surga sana.” Saga kembali mengoceh. Dia memandang kamarnya yang sunyi. Dia merasa keheningan ini membunuhnya. “Aku harus beres-beres apartemen nih. Hah? Kamu mau bantu? Oke oke kamu bisa kok bantu aku.” Saga berniat membereskan apartemennya yang berantakan setelah 3 hari dia tinggal.

Dia mulai dari kamar tidurnya. Dia mengganti seprei dan bedcovernya. Dia menyusun mejanya yang berantakan. Dia menyapu dan mengepel. Dia melihat tumpukan baju kotor. Baju kotor Shou menumpuk. Salah satunya sudah ada bercak darahnya. Saga menghela napas tidak kuat. Dia tidak bisa mengingat betul sejak kapan orang yang paling dia kasihi itu batuk-batuk darah. Dia tidak bisa yakin seratus persen apakah kekasihnya itu sakit dan menderita atau penyakitnya itu terasa sepertfi flu biasa. Dia memasukkan seluruh baju kotor ke mesin cuci. Kamarnya sudah rapi. Terakhir dia mengelap frame photo dia dan Shou yang tergantung di dinding.

Lalu dia membereskan dapur. Dia mencuci piring, menyapu dan mengepel dapur. Dia melihat cangkir Shou. Dia tidak mencucinya. Dia buang airnya dan dia taruh di sebuah kotak transparan. Dia pajang cangkir itu diatas kulkas. Dia ingin semua bekas Shou terjaga rapi. Dia bongkar isi kulkas. Semua makanan basi dia buang. Lalu dia melihat celemek Shou. “Haha aku inget banget kamu selalu pakai ini kalau masak. Supaya kayak chef? Yang benar saja.” Saga berkata dan tertawa geli. Dan dia meneruskan membereskan piring dan gelas.

Dia menuju kamar mandi. Dia merinding melihat kamar mandinya. Darah kering dimana-mana. Bathtub nya yang putih sedikit berubah warna. Handuk penuh darah di lantai. Shower yang tidak tergantung ditempatnya. “Parah banget ulah mu sayang.” Saga bergeming. Dia mulai menyiram darah-darah yang berceceran. Dia menyikat darah-darah kering itu. Menyikat bathtub. “Beneran deh aku gak mau masuk kamar mandi ini. Inget sama kamu sih. Waktu itu kamu lagi mandi ya kan? Terus abis kamu berendam di bathtub kamu keramas di shower. Eh tiba-tiba kamu ngerasa pusing dan batuk-batuk ya? Terus hidung dan mulutmu memuntahkan darah. Kamu lap pakai handuk tapi malah tambah sakit kan? Lihat nih darahnya dimana-mana.” Saga mengoceh sambil membersihkan kaca. Dia merinding. Sebenarnya dia tidak mau mengingat kejadian sore itu. Lalu dengan segera dia keluar kamar mandinya dengan perasaan sedih.

Keluar dari kamar mandi dia melihat ruang tengahnya. Berantakan. Dengan kebanyakan barang Shou. Dia mulai dari meja tengah. Majalah-majalah Shou. Kertas-kertas berisi lirik, bungkus coklat dan permen. Boneka panda kecil. Semua dibereskan Saga. Kemeja Shou yang baru sekali dipakai Saga lipat. Saga masukkan kembali ke lemari bajunya. “Kalau nyium kemeja yang abis kamu pakai ini aku ngerasa kamu didekat aku.” Ujar Saga. Lalu dia menyapu dan mengepel ruang tengah. “Kalau kamu lagi disini sendirian kamu ngapain aja? Nulis lirik sama baca buku doang? Gak bosen apa? Oh kadang-kadang nonton tivi. Hem, enak yah gak sibuk.” Saga kembali mengoceh. Dan tak terasa apartemennya sudah rapi.

Saga duduk di sofanya. Dia kembali menangis. “Jangan nangis? Kamu nyuruh aku gak nangis setelah kepergianmu? Haha. Aku bisa gila sayang kamu tinggal kayak gini.” Saga berkata. Dia menatap sofa biasanya Shou duduk. “Apartemen ini penuh kenangan kita. Aku gak mau tinggal disini lagi.” Saga berkata lirih. “Hah? Aku gak boleh pergi dari sini? Supaya bisa tetep inget sama kamu? Yang bener aja adanya aku inget terus sama kamu. Dan itu buat aku gila.” Saga berkata lagi. Dia menyulut rokok dan merokok dengan tidak santainya. “Besok pagi aku harus mengkuburkanmu sayang.” Saga berkata di sela kebul asap rokoknya. “Hah? Kamu mau kita jalan-jalan ke tempat kita biasa ngedate? Ngapain?” saga berkata lalu dia terdiam. “Kamu bilang apa?” Tanya Saga lagi. Lalu hening “Kamu bilang kalau aku bakal nyusul kamu secepatnya?” saga berkata heran.

Saga berangkat pagi sekali kerumah Shou. Orang tua Shou sudah didepan pintu. Mereka sudah siap untuk ke pemakaman Shou. Dimobil semua diam. Hening. Tapi didalam pikiran dan hati Saga Shou terus mengoceh. Setiap perjalanan Shou berkata bahwa ini sebuah kenangan. Jalan yang mereka lewati ini adalah kenangan.

Kuburan pagi itu sudah ramai. Orang-orang berbaris dan melantunkan nyanyian doa. Saga dan keluarga Shou juga berdoa. Sampai peti coklat besar itu masuk ke liang kubur. Nyanyiian pun menjadi isak tangis.

Setelah pemakaman itu semua pulang. Kuburan menjadi sepi di siang bolong. Saga mulai berkata “Sayang kuburanmu bagus. Nissannya indah dan bertebar bunga.” Saga memandang kuburan kekasihnya. Seteah itu dia segera pergi ke tempat yang sudah dia rencanakan.

Saga menuju sebuah taman. Taman pertama kali dia ngedate sama Shou. “Liat deh sayang dulu kamu pernah duduk di batu itu terus aku poto. Kamu masih inget simpen dimana? Hebat padahal aku aja udah lupa taruh dimana.” Saga berkata. Dia menyusuri taman itu sendirian. Melihat dan mengenang kenangan indah bersama kekasihnya. Siang menjelang sore dia duduk di bangku biasa dia dan Shou duduk. Dia melihat danau kecil yang biasa dia lihat. Hanya termenung, mendengarkan hati Shou berbicara. Lalu menjelang malam Saga bangkit untuk pergi. “kamu ngomong apa sayang?” Saga bertanya. “Walaupun kamu sudah meninggal dan berada disurga sana kamu dan kenanganmu masih tetap ada.” Saga berkata lirih. Dia pergi meninggalkan taman itu. Entah kenapa dia merasa sangat tertekan dan sedih. Dia merasa tidak kuat hidup tanpa Shou.

Saga memacu kecepatan 70 km dalam kota. Dia mendengar hati Shou bicara, lalu saat ada persimpangan dia mendengar kekasih tercintanya itu berkata Kalau kamu berbelok ke kanan, kamu akan bertemu aku segera. Kita akan merajut mimpi kita disurga Tuhan. Semua cita-cita dan impian kamu bakal terwujud Saga. Mendengar bisikan itu Saga berhenti mendadak. Naasnya truck besar menabrak mobil Porsche hitam Saga. Mobil Saga terhempas 10 meter dari tempat awalnya. Dan Saga tidak mendengar apa-apa lagi.

“Kami melaporkan kecelakaan yang terjadi di Persimpangan Kota. Truck barang menabrak mobil Porsche hitam ber plat 19-xxxx kronologisnya adalah saat lampu lalu lintas berwarna hijau mobil Porsche hitam itu tidak maju. Tapi saat lampu merah mobil itu melaju dan tiba-tiba berhenti di tengah persimpangan. Lampu sen Porsche hitam itu mengarah kearah kanan. Dan truck besar tidak mampu menghindar. Pengemudi Porsche hitam itu dinyatakan tewas seketika.”

I love you what ever you are. I chase you wherever you are. I still loving you even you not in my side.

-S T I L L-

Owari~

Sunday, February 12, 2012

Nao The Taxi Driver

Nao The Taxi Driver

Artist : Alice Nine, The Gazette

Pairings : ToraxPon, AoixUruha, ReitaxRuki, SagaxShou

Age : 17+

Halooo semuaaa~ perkenalkan namaku Nao. Hari ini karena adikku sakit aku harus menggantikannya menyupir taksi. Perkerjaan adikku adalah supir taksi. Tapi dia selalu bilang tidak buruk menjadi supir taksi karna bisa dapat pengalaman unik dan aneh. Aku harap hari ini aku bisa menjadi supir taksi yang baik dan bisa dibanggakan adikku.

Aku dapat shift malam. Karna tadi siang adikku masih menyupir. “Nao-niichan tolong gantikan aku malam ini ya. Aku benar2 tidak enak badan.” Kata adikku lemah. “tenang saja dek! Akan ku setorkan uang yang banyak! Hehe..” Ujarku sambil membaringkannya di tempat tidur. Dia mengangguk lemah. Kasihan sekali adikku ini.

Aku langsung mengambil kunci taksi dan mengendarainya kesebuah pangkalan taksi di tengah kota. Aku lihat kanan dan kiri kali saja ada penumpang. Tapi tak ada yang melambaikan tangannya kearahku. Aku jadi mangkal di pangkalan taksi. Lalu tiba2 seorang pria tua yang gendut berteriak kearahku “HEI! JANGAN MANGKAL DISINI! DI TEMPAT LAIN SAJA! SUDAH SUSAH2 MENEMUKAN TEMPAT INI MALAH KAU PAKAI! PERGI DARI SINI!” Bapak tua itu berteriak keras. Aku langsung tancap gas pergi jauh2 dari situ.

Aku berjalan agak pelan mencari penumpang yang beruntung yang bisa aku antarkan ketujuan. Akhirnya ku melihat dua orang lelaki melambaikan tangannya kearahku. 1 orang yang memakai jaket kulit berwarna coklat dan lebih pendek dari yang satu. Sedangkan yang satu yang lebih tinggi memakai jas blazer hitam dengan dalaman kaos berwarna biru. Keduanya memakai celana jeans. Mereka memasuki taksiku. “Selamat malam tuan. Ingin diantar kemana?” tanyaku ramah. “tolong antar kami ke Shinjuku.” Jawab orang yang memakai jaket kulit coklat. Mereka langsung mengecek handphone mereka. Lalu lelaki yang memakai blazer hitam berkata “Hei Aki. Siapa yang akan kita bunuh malam ini?” mendengar apa yang diakatakan si blazer hitam aku kaget ku curi pandang dari spion dalam. Lelaki yang dipanggil Aki itu tersenyum dan menjawab “Dia adalah anak dari direktur PT Lucky star, tidak terbayang kejatuhan PT Lucky Star kalau anak semata wayangnya mati. Tapi kita benar2 harus waspada Tora, atau tidak malah kita yang terbunuh.” Pembicaraan mereka benar2 bikin merinding. Si blazer hitam itu namanya Tora ya.

Aki memejamkan matanya. Tora bermain dengan handphone nya. Sampai akhirnya hp tora berdering. “AKIII! GAWAT! INI HIROTO!” Tora berteriak mengagetkan Aki dan aku. Aki tidak kalah shock, mukanya kaget setengah mati. “Bagaimana ini! Lalu apa?! Angkat saja!” Aki berteriak histeris. “Halo pon sayang. Ada apa?” Tora menjawab telpon itu. Terdengar suara dari hp Tora. “Kau! Kau kemana saja sayang?! Aku menunggumu dirumah sudah lebih dari 2 jam!” muka tora langsung tegang. “Tenang sayang, habis ini aku pulang.” Jawab Tora mencoba santai. Orang yang bernama Hiroto itu menjawab dari balik telepon. “A..a.h ya..ng..be..ar! h..lo? h..lo? sa…ang? Krrskskrkkskkskrks..” tiba2 tidak ada suara. Tora dan Aki bertatapan. “AAAH TIDAK ADA SINYAAAL! BAGAIMANA INI?” Tora panic. Dia goyang2kan hapenya. Tapi tidak dapat balasan dari suara Hiroto. Lalu tiba2 Tora menodongkan pistol kearahku yang daritadi dia sembunyikan di balik blazer nya.”Cari tempat yang ada sinyalnya! Sekarang!” tora menyuruhku mencari tempat yang bersinyal. Secepat mungkin aku kendarai taksiku ke arah pemancar radio. Tora tetap menodongkan pistolnya ke kepalaku. Aku benar2 akan pipis dicelana! Aku benar2 ketakutan! Dan akhirnya ada sedikit suara dari hp Tora. “Sayang?! Kau masih bermain2 denganku hah!?” suara Hiroto terdengar jelas. “Ah tentu tidak sayang. Tunggu aku pulang yaa..” Tora menjawab dengan tersenggal-senggal. “Padahal aku menunggumu dari tadi.” Suara Hiroto terdengar lagi. “Apa kau tidak mau melanjutkan yang tadi pagi? Kau belum puas kan?” Hiroto berkata lebih lembut lagi. Kulihat muka Tora memerah. “Ahaa..iya sayang, aku segera pulang. Tunggu aku ya.” Tora berkata dan menutup telponnya. Aki memandangnya. “Capek ya?” Tanya Aki. Dan tora membalas hanya dengan senyuman. “Walaupun begitu aku sangat menyayanginya.” Tora berkata mantap.

Aku mengerti! Walaupun si Tora ini adalah pembunuh. Tapi dia masih memiliki hati. Paling tidak hati untuk si Hiroto. Kami sudah sampai di Shinjuku. Mereka turun dengan cepat, Tora melemparkan uang kearahku. 3x lebih banyak daripada yang tertera di argo. Aku mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa. Kulihat setumpuk uang dari mereka. Mungkin ini uang tutup mulut juga. Tapi sudah aku beberkan ke kalian kan. Jadi apa boleh buat. Hehe..

Selanjutnya aku berjalan pelan mencari penumpang lain. Pelan, pelan lalu ku melihat anak kecil atau mungkin lelaki bertubuh kecil yang dipegangi pergelangan tangannya oleh ayahnya atau kakaknya. Kakak atau ayahnya itu memakai noseband. Si noseband itu melambaikan tangannya dan mereka masuk ke taksiku. “Tolong antar kami ke Istana Negara.” Noseband itu berkata. Aku menjawab baik! Dan membawa mereka ke istana Negara. Wah ini pasti orang penting! Tujuan mereka istana Negara gitu looooh! Aku melihat dari spion dalam. Loooh? Itu seperti pangeran Ruki? Jangan2 ini memang pangeran Ruki. Pangeran yang kabur dari istana selama sudah kurang lebih 1 minggu. “Aku tidak mau pulang Reita!” pangeran Ruki berteriak ke si Noseband bernama Reita itu. “Kenapa? Tugasku membawamu pulang pangeran.” Reita menjawab. Ruki tetap bilang tidak tapi Reita juga tetap bilang iya dan harus. “Hei pak supir! Hentikan mobil ini!” pangeran Ruki membentakku. Tentu saja aku berhenti “Jangan berhenti pak supir! Terus jalan!”Orang yang bernama Reita itu bilang jalan tentu saja aku jalan. “Berhenti!” ckiiit.. “Jalan!” ngreeng. Dan itu berulang2 sampai aku menjadi pusing karna jalan berhenti jalan berhenti jalan berhenti jalan berhenti terus. Dan kayaknya penumpangku juga pusing.

Reita tiba2 memeluk pangeran Ruki. “Yang aku ingin terus bersamamu sampai akhir hayat. Ijinkan aku untuk selalu menjagamu pangeran.” Ujar Reita jelas. Aku juga shock banget jadinya. “Jangan bohongi aku. Itu memang tugasmu sebagai pesuruh ibu dan ayah kan!” pangeran Ruki membalas. Reita mengeratkan pelukannya “Aku sungguh mencintaimu Ruki. Bukan orang lain. Mungkin aku tidak tahu diri aku Cuma pesuruh raja dan ratu tapi aku sungguh mencintaimu!” Reita melanjutkan perkataannya. Ruki terdiam memandang tidak percaya. “Aku juga sangat tertarik dari awal padamu, aku kira kalau aku kabur kamu akan hidup bersamaku diluar. Tidak memandang statusku sebagai pangeran. Aku sangat merasa senang kau berkata seperti ini padaku Reita.” Ruki membalas perasaan dan perkataan Reita. Aku terus jalan sambil terharu. Benar-benar terasa seperti nonton drama. Lalu Reita mendekatkan bibirnya ke bibir Ruki. Mereka berciuman dan berpelukan. Lalu Ruki tertidur di pelukan Reita dan akhirnya mereka tertidur. Ku melaju pelan agar mereka tidak terbangun dan terus melaju hingga istana Negara.

Sesampainya di istana Negara tentu saja aku dihadang banyak orang berlaras panjang. Aku shock dan aku ketakutan. Lalu kulihat reita sudah terbangun. “Maaf, akan kuselesaikan.” Ujar Reita membuatku nyaman. “Hei! Ternyaata ini Reita dan pangeran!” seorang serdadu berteriak ke serdadu lain. “Pangeran sudah bersamaku. Aku akan segera turun.” Reita berkata meyakinkan serdadu itu. “Baiklah. Tapi ada apa dengan jaguar mu? Kenapa pulang pakai taksi?” serdadu itu bertanya heran. Sebenarnya itu pertanyaan bagus karna aku juga tidak tahu kenapa pangeran dan bodyguardnya bisa naik taksi. “jaguarku rusak. Pangeran menghancurkan mesin2 didalamnya. Haha dia memang usil.” Reita menjawab ramah. Serdadu itu mengangguk “akan kami urus jaguar mu itu. Sekarang lebih baik membawa pangeran ke kamarnya.” Ujar si serdadu dan tersenyum padaku. Aku melihat para serdadu kembali ke posnya masing2 dan aku melihat Reita mengeluarkan uang. “Ini pak uangnya. Dan ini kartu namaku. Kalau ada apa2 bilang saja padaku.” Reita membayar 10x lebih banyak dari argo dan dia berkata seperti itu. Tentu saja aku senang sekali, namun aku tidak enak menerima uang dan kebaikannya itu. “Tapi tuan…” aku belum selesai bicara si Reita sudah bicara “Anggap saja imbalan sudah menjadi saksi mata perasaanku dan hubunganku dengan Ruki.” Reita tersenyum dan menggendong Ruki ala bridal style kedalam istana yang megah. Sungguh pemandangan yang indah.

Wah sudah seharusnya aku pulang karena uang yang kuterima sudah banyak. Lalu aku berjalan pulang lewat tol. Ku setel musik2 yang enak. Lalu kulihat dua orang melambaikan tangannya padaku. 2 orang yang tinggi. Yang satu sangat keren yang satu sangat cantik. Tapi ku yakin mereka berdua adalah laki-laki. Mereka mencegatku ya? Tapi ini kan tol! Walaupun begitu aku berhenti. “Bisa bawa kami ke stasiun pak?” Tanya si keren. “Bisa sih…yasudah masuk saja dulu.” Jawabku. Si cantik masuk dan si keren mengikuti dengan membawa tas besar. Kulihat ada pagar menuju perumahan di balik tol ini. Mungkin mereka orang perumahan itu kali ya lalu nyasar sampai ke tol.

Si cantik memandang si keren. Si keren menatap jendela dan mengetuk ketuk jarinya ke pahanya. “Aoi sayang. Apa yang kau pikirkan?” si cantik memanggil si keren Aoi. Aoi tersadar dari lamunannya. “Eehm. Aku kira kau tahu perbuatan ini. Hem sangat berat kalau kita melakukan ini.” Aoi berkata kaku. Si cantik melipat tangannya. “kita lakukan ini dengan persetujuan! Aku tidak mau kamu plinplan seperti ini! Kau tahu kan ini uang untuk kita menikah nanti!” si cantik terlihat emosi aku tetap berjalan menuju stasiun dengan sedikit deg-degan. “Uruha. Kita tidak harus mencuri, aku bisa kerja keras untuk kita menikah nanti percayalah.” Aoi menggenggam tangan si cantik bernama Uruha itu. Tapi mereka bilang mencuri? Mereka pencuri? Whooooaaa..ada pencuri di mobilku! Tapi mereka juga bilang tentang pernikahan. Menikah memang harapan dan cita2 sepasang kekasih tapi masa iya menikah dengan uang hasil curian? “Mau sampai kapan aku menunggumu kaya berduit banyak hah?! Menurutku kamu beruntung aku tidak meninggalkanmu! Aku cantik dan seksi! Semua cowok akan tertuju padaku! Hal gampang untuk pergi darimu! Kalau kita tidak menikah sekarang aku akan pergi!” Uruha berkoar-koar. Sangat membingungkan manusia satu ini. Sebenernya dia mencintai Aoi gak sih? Kalo iya kok bilang mau ninggalin Aoi? Huuuft aneh.

Aoi terdiam dia memandang lama Uruha. Dan lalu Aoi memegang kedua pipi Uruha. Lalu menciumnya hangat, pelan, lembut. Uruha membalas ciuman itu dan memeluk Aoi. “Aku mencintaimu. Selalu.” Aoi berkata. Benar2 romantis. “Aku juga. Lebih baik kita kembalikan uang itu sayang.” Uruha berkata. Mungkin dia sudah insyaf dan tahu perbuatannya. “baiklah kita kembalikan uang ini. Pak supir tolong bawa kita ke perumahan Jewels saja.” Aoi menyuruhku ke perumahan Jewels. Dan segera ku lajukan taksiku kesana. Kulihat dari spion dalam Uruha dan Aoi bercerita macam-macam sungguh menyenangkan.

Seusainya mengantar pasangan itu aku berniat pulang benar2 pulang. Karna malam makin larut juga. Tapi kulihat dua orang melambai kearahku. Mereka baru keluar dari bar. Cowok yang berwajah uke menopang si seme. Si seme terlihat mabuk. Aku berhenti di depan mereka “Tolong antar kami ke hotel Stargazer pak!” si uke berkata ngos-ngosan. Akhirnya kupersilahkan mereka masuk. Dan akan kuantarkan ke hotel itu. Mereka masuk. “Sagachi, sadar donk~” si uke menggoyang badan si seme bernama Saga itu. Saga malah memeluk si uke. “Shou~ wangimu enak.” Saga malah bilang begitu ke ukenya yang bernama Shou. Muka shou memerah. Saga membuka bajunya. Apa!!! membuka bajunya!!!!!??? “Saga hentikan! Sadar saga!” shou semakin memerah. Lalu saga terdiam. Tanpa pakaian dia sangat terlihat keren. “Aku tahu kok kamu pasti mau kan?” Tanya Saga ke Shou. Shou terdiam dia menunduk. Saga memeluk shou. Tangan saga mengelus punggung shou mesra penuh gairah. “Sagaa~” Shou menggelinjang geli. Saga melepas celananya. Apaaa?! Lepas celana!??! Mereka benar2 tidak sadar kalau ada aku ya? Saga mencium bibir shou, dan melepas celana shou. Segera dia tempelkan juniornya ke lubang Shou. “Saga! Cukkuup!” Shou memberontak kecil tapi Saga tetap melanjutkan aktivitasnya. Lalu terdengarlah erangan2 yang buat aku jadi merinding mendengarnya. “Aaah sagaachii!”, “Uuuh Shou kau terlalu enaak..” , “Terus, masuk, lebih dalam!” dan lain dan lain. Dan akhirnya sampai sudah di hotel stargazer. Mereka memakai baju mereka dan memberi uang 2 x lebih dari yang di argo. “Terima kasih pak.” Shou memberi uang dan mengucapkan terimakasih secara tulus. Terlihat bahagia tersirat di wajah halusnya. Aku tersenyum dan menggeleng.

Sudah banyak uang dan cerita yang bisa ku bawa pulang. Adikku pasti sangat senang mendapat uang dan cerita dariku.

-Nao the Taxi Driver-

~Owari~

How Much I Hate you?

How Much I Hate you?

Artist : Alice Nine

Pairing : Saga X Shou

Age : 17+

Seorang lelaki berkulit putih, tinggi dan kurus sedang sibuk mengangkat barang2nya ke apartemen barunya. Namanya Saga, dia seorang guru. Guru matematika yang paling tampan yang pernah ada. Dia dipindah tugaskan kesekolah baru ini. Dia pindah apartemen agar lebih dekat. Dia juga memilih apartemen yang sepi dan tenang karena dia susah untuk berkomunikasi. Dia mengajar dengan singkat dan tegas dia susah didekati jadi para murid merasa takut dan tidak mengobrol dengannya. Meskipun sikapnya terlihat tidak menyukai orang itu tetap saja dia digandrungi gadis2, walaupun dia susah senyum sekalipun senyum hanya untuk formalitas dia tetap menerima paling banyak coklat di hari Valentine. Saga termenung melihat apartemen barunya. Dia menyalakan rokoknya dan merokok di balkon. Dia merasa tenang dan damai, balkon apartemen barunya menghadap laut dia sangat menikmati pemandangan itu. Saat rokoknya sudah mulai habis , dia mendengar pintu apartemennya diketuk. Saga mendengus dia pasti harus memasang muka yang ramah dan dia merasa dia tidak bisa. Saga membuka pintu apartemennya.

“Selamat siang! Tetangga baru!” lelaki yang mengetuk pintu itu menyapa dan menyodorkan jeruk. Saga memandangnya heran.

“Aaah, iya selamat siang tetangga baru juga.” Sapanya balik dan tersenyum seadanya. Saga memandang lelaki didepannya lama. Mereka saling pandang dalam diam.

“Ehm, yasudah kalau begitu..” Saga berkata dan menutup pintu.

“EEEIIITS!” lelaki itu menahan pintu. Saga memandangnya heran. “Ada apa lagi?” saga bertanya malas.

“Mana soba pindahannya?” lelaki itu bertanya polos. “HAAAAAAH?!” Saga merespon heran. Lelaki itu menunggu dengan mata penuh harap.

“Anoo, sobanya aduuh aku lupa buat bagaimana kalau kita makan jeruk darimu saja?” saga menjawab. Dia merasa seperti orang bodoh. “APAAA?! AKUU LAPAAAAR! AKU KIRA KAU SUDAH SIAP PINDAHAAANN!” lelaki itu berteriak histeris.

“Aku memang sudah siap pindahan kok.” Saga menjawab enteng.

“Apaaan?! Kau belum menyiapkan soba pindahanmu!” lelaki itu menjawab penuh kekecewaan. Saga merasa kesal dibuatnya.

“Masuk saja dulu! Akan kubelikan soba didepan apartemen!” saga mempersilahkan dengan galak. Tetapi lelaki itu merasa senang dipersilahkan masuk.

Lelaki itu memandang sekeliling. Dia melihat banyak kardus yang belum dibuka. “Semua perlatan masak belum ku bongkar. Cuma ada dispenser dan pisau2.” Saga berkata seraya mengambil jaketnya. “Ambil minummu sendiri ya. Aku kedepan membelikanmu makanan.” Kata saga lagi. Lelaki itu mengangguk “Orang yang tidak sopan.” Gerutunya.

<3~<3~<3~<3~<3~<3

Selang beberapa menit saga pulang. Dia melihat lelaki itu masih ada. “Selamat datang!” sapa lelaki itu bersemangat. Tapi saga diam saja. “Kau tidak terbiasa bilang ‘aku pulang’ ya?” Tanya lelaki muda itu. “Ya, buat apa ngomong sendiri. Toh nggak ada yang akan menyahutinya.” Jawab saga super enteeeeng. Lelaki muda itu diam. “Aku belikan yakisoba. Makanlah.” Saga menyodorkan yakisoba dan piring. Lelaki muda itu dengan mata yang penuh semangat membuka bungkusan makan siangnya. Dia langsung memakan yakisobanya “Ittadakimasu!~” teriaknya. Saga melihat lelaki muda itu makan. Saga merasa dia menjadi aneh. Saga merasa dirinya jadi merasa sangat nyaman. Dia merasa bisa senyum kapan saja.

“Enak?” Tanya saga pelan. Lelaki itu mengangguk. “Aku sangat jarang makan.” Ujar lelaki muda itu. Saga menoleh kearahnya penuh keingintahuan. “Aku hidup sendiri disini. Aku bersekolah di SMA dsini karena beasiswa. Aku hidup sendiri disini, setiap bulan dapat kiriman uang dan kadang2 sayur dari orangtuaku di desa. Aku tidak bisa main2 ke mall2 atau game centre seperti teman2ku yang lain. Aku heran kenapa mereka bisa punya banyak uang. Haha. Ternyata orang tua mereka kaya. Aku, aku sudah sangat senang bisa sekolah di SMA itu tanpa biaya. Dan sekarang aku bekerja paruh waktu di toko kaset. Hari2ku sangat melelahkan. Aku sangat memanfaatkan hari libur seperti ini untuk beristirahat. Kalau aku memang ada uang lebih aku akan pergi kepasar membeli beberapa buku.” Lelaki itu bercerita panjang lebar. Tapi Saga mendengarkan dengan seksama. “Uhm, aku juga hidup sendirian. Orangtuaku di luar negeri dan aku sudah cukup tua untuk hidup sendiri.” Saga juga memulai ceritanya. “Apa pekerjaanmu?” Tanya lelaki itu. “Guru, guru matematika.” Jawab Saga. Lelaki itu kaget, dia langsung segera menghabiskan yakisoba dan minumannya dan berdiri izin pulang. “AAAnoo..terimakasih untuk semuanya. Semoga kita menjadi tetangga yang rukun. Saya pulang dulu, terimakasih.” Lelaki itu bersikap aneh dan berlari ke kamar apartemennya di sebelah kamar apartemen saga. Saga melihatnya heran dan terkejut dia menjadi sangat berubah. “Padahal, padahal aku belum tanya siapa namanya..” Bisik Saga.

<3~<3~<3~<3~<3~<3

Keesokan harinya Hari senin. Saga harus segera berangkat kerja. Dia akan dijemput temannya sewaktu masih di Amerika. Temannya ini juga seorang guru, guru bahasa jepang di SMA ini yang menjadi tempat kerja Saga. Namanya Tora. Saga mengambil tasnya dan keluar menutup pintu apartemennya. Dia memandang pintu kamar apartemen sebelahnya. Kamar lelaki muda kemarin. Hanya memandang saja, sehabis itu ia segera turun menemui Tora.

Sekolah baru ini asri bukan main. Saga sangat suka cuaca dan suasananya. Guru2nya juga banyak guru muda yang sopan. Dia merasa senang. “Saga sensei, ini jadwal anda.” Guru muda yang cantik bernama Madoka memberikannya setumpuk kertas. “ terimakasih Madoka sensei.” Jawab saga dan tersenyum seadanya. Saga melihat jadwalnya. Sebentar lagi dia harus masuk kelas. “Ehm, kelas 11-5..” Saga bergumam dan bergegas keruangan kelas tersebut.

Suara riuh rendah kelas itu terdengar. Murid2 didalamnya berbisik heran, “Guru baru ya?”, “Tampannyaa…”, “mengajar apa ya?” semua itu kalimat yang dilontarkan murid2 itu. Kecuali satu lelaki yang duduk di pojok kanan baris ke tiga. “HUWAAAAAA!” lelaki itu berteriak setengah tertahan. Tapi saga mendengarnya. Dia memandangi lelaki itu. Tidak salah lagi dia lelaki di kamar sebelah. Saga terlihat sedikit tersenyum. Dia senang mengetahui kalau lelaki itu muridnya. Dia berharap bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan lelaki itu.

“Ehm, baiklah. Nama saya Saga. Saya guru matematika baru kalian.” Saga memperkenalkan diri. Semua murid bertepuk tangan. Tapi saga melihat lelaki tetangganya itu tidak terlihat senang. Lelaki itu menutupi mukanya dengan rambut. “Saya ingin tahu nama kalian. Maka saya akan mengabsen kalian.” Saga berkata. Saga mengabsen mereka. Saga menunggu dia memanggil nama lelaki tetangganya itu. Tapi dari absen 1-20 anak itu tidak mengangkat tangan. “Shou..” saga memanggil. Dan lelaki itu mengangkat tangan tanpa melihat Saga. Saga berusaha senyum seikhlas mungkin. Tapi lelaki bernama Shou itu tak memandangnya sama sekali. Saga seperti tersentak “Kenapa dia sangat berbeda? Kenapa diakhir pertemuan kemarin dia sangat berubah? Awalnya dia sangat menyenangkan tapi kenapa dia begini?” Saga membatin. Saga merasa tidak lagi semangat dia mengajar seperti biasanya. Tegas dan singkat.

Bel istirahat berbunyi. Saga akan kemballi ke kantor guru, dia melihat Tora berjalan ke arahnya. “Mau lihat kelasku tidak?” Tanya Tora. “Kelas apa maksudnya?” jawab Saga. “Aku ini wali kelas bodoh!” bentak Tora. “Kelas apa yang kamu pegang?” Tanya Saga. “11-5”

Saga dan Tora masuk kelas 11-5. Kebiasaan Tora dia masuk di istirahat kedua di jam segini. Saga pikir itu memang kewajiban seorang wali kelas. Tapi ternyata Tora mempunyai maksud tersembunyi. Saga dan Tora duduk di bangku guru. Tora memanggil Hiroto ketua kelas dan Shou wakil ketua kelas. Saga berusaha bersikap biasa saja tapi mukanya sudah memerah saat melihat Shou. Saga memalingkan wajah ke Tora. Saga terkejut. Muka Tora juga memerah. Saga melihat tatapan Tora ke Hiroto si ketua kelas. Saga berfikir macam2. Tapi Saga diam saja.

<3~<3~<3~<3~<3~<3

Saga dan Tora pulang. Di mobil mereka mengobrol ringan, Tora bertanya bagaimana sekolahan itu dan bagaimana murid2nya. “Anak itu. Shou. Rumahnya di kamar apartemen di sebelah kamarku.” Kata Saga. Tora mengangguk, “Aku tahu kok. Shou itu teman baiknya Hiroto.” Jawab Tora. “Anoo..ehm..” Saga ingin membicarakan tentang Hiroto dan Tora. “hehehe, ketahuan ya..” Tora tertawa. Saga memandangnya heran. “Aku menyukainya.” Tora berkata mengagetkan Saga. “Aku suka, sayang dan aku mencintainya.” Ujar Tora lagi. Saga semakin kaget. “Menjijikan? Seorang guru lelaki menyukai, menyayangi, mencintai murid lelakinya?” Tora berkata berat. “Nggak juga.” Jawab Saga. Tora memandang Saga. “Kau?” Tora memandang heran dan berkata seperti itu pada saga. “APAAAAN?! JANGAN BERFIKIR YANG BUKAN2 YA!?” Saga salah tingkah. Tora tersenyum melihat respon Saga. “Aku, aku ingin memilikinya, si Hiroto itu.” Tora berkata penuh tekad.

Saga menaiki tangga menuju kamar apartemenya. Dia melihat Shou baru keluar kamarnya. “Eh?” Shou kaget melihat Saga. “Hai. Sudah sore mau kemana?” Tanya Saga. “Kerja.” Jawab Shou singkat. Saga merasa Shou menjauhinya. Saga merasa Shou terlalu berubah. “Hati2 saja.” Ujar Saga. Shou hanya mengangguk dan berlari turun.

<3~<3~<3~<3~<3~<3

Sudah 3 hari Saga mengajar di sekolah itu. Dalam 3 hari itu dia baru bertemu dengan Shou dikelas sekali saja. Hari ini ada pelajarannya di kelas Shou. Dia merasa terlalu bersemangat. Tapi, saat Saga mengajar di kelas itu. Shou malah tidak masuk sekolah. Saga sempat merasa sedih. Tapi dia harus bersikap normal.

Sudah seminggu sejak hari itu. Setiap ada pelajaran matematika Shou tidak pernah masuk sekolah. Saga mulai merasa heran. Dia berniat ke apartemen Shou.

<3~<3~<3~<3~<3~<3

Saga memperlambat langkahnya. Dia datang 1 ½ jam sebelum Shou berangkat kerja. Saga mengetuk pintu apartemen Shou. Tidak langsung terbuka. Tapi pada akhirnya Saga melihat Shou. “Aku menjengukmu.” Ujar Saga. Dia merasa sangat senang bisa melihat Shou. “Aku tidak apa2.” Jawab Shou singkat. Saga memandang Shou lembut. “Aku datang memberikan catatan dan latihan yang harus kau pelajari.” Saga berkata. “Tidak perlu.” Shou menjawab. Saga heran setengah mati dengan sikap Shou. “ada apa shou?” saga bertanya lembut. Shou terkejut mendengar suara Saga yang lembut begitu. Saga juga kaget kenapa dia selembut itu pada shou. Saga bukan orang yang suka mengasihi dia juga tidak pernah jatuh cinta, terakhir kali dia memacari wanita bule saat dia masih sekolah di Amerika. Shou masuk kedalam apartemennya, Saga mengikuti. “Aku tidak apa2.” Shou mengulang perkataanya. “Kalau tidak apa2 kenapa kau menjadi begini?” saga tidak tahan bertanya seperti itu. “Memang salah! Ini hidupku! Terserah aku mau bagaimana!” shou membalas dengan nada tinggi. Saga merasa sedih. “Kau kenapa hah?! Kenapa Shou! Aku mulai berfikir kalau aku menyukaimu! Tapi kenapa kau menjauhiku!!” saga menggoyangkan badan Shou. Shou terguncang, hatinya juga. Air mata jatuh kepipinya. “Kau pikir salah siapa aku berubah! Itu salahmu! Seandainya kau tidak seorang guru! Seandainya kau bukan guru matematika!” shou memukul dada Saga. Saga memeluk shou erat. Shou kaget bukan main. “Dari awal aku tahu kalau aku akan mencintaimu.” Saga berujar. Shou menangis. “Aku membenci guru matematika.” Shou bergumam. “Kau boleh membenci guru matematika, tapi kau tidak boleh membenciku.” Saga berkata. Dipelukannya saga membelai rambut Shou. Diciumnya kening Shou. Membuat Shou luluh dan membalas pelukan Saga. “Kalau aku bukan guru matematika, maukah kau menjadi kekasihku?” saga bertanya lembut. “Aku..dari awal aku mencintaimu. Aku tahu aku sedih mengetahui dirimu adalah guru matematika. Tapi aku sepertinya bisa mengerti. Aku sungguh mencintaimu dari awal. Tapi, maukah kamu menerimaku sebagai kekasihmu dari awal lagi?” Shou bertanya tidak kalah lembut. “Hahaha..aku selalu mencintaimu. Kita mulai dari awal lagi.” Saga memeluk erat shou. Saga pelan-pelan mendorong Shou ke tempat tidur. Saga menciumi Shou dari bibir shou hingga perut shou. Dan malam itu tidak akan dilupakan oleh mereka berdua.

<3~<3~<3~<3~<3~<3

Saga tertidur di kamar Shou. Handphone saga bergetar. “Halo..” saga menjawab berat. “Kaaauuu! Kau tahu tidak? Aku sudah berpacaran dengan Hiroto looooh!” suara Tora berteriak kegirangan terdengar. Shou menggeliat dipelukan saga. Shou menatap saga heran. “Siapa?” Tanya shou. “Tora..” jawab saga sambil tersenyum. “AAaah tora sensei pacaran sama Hiroto ya?! Selamaaat yaaa..” Shou berteriak keras. “Eh, kok ada suara Shou?” Tanya Tora heran. “Aku sedang dikamarnya.” Jawab Saga enteng. “EWEEEEHHH!” Tora kaget. “Aku juga baru saja pacaran dengan Shou.” Terang Saga.Tora diam, hening yang cukup lama Dan akhirnya mereka tertawa keras bersama.

<3 owari <3

Saturday, December 31, 2011

Happy New Year 2012!!!

Happy New Year 2012!!!

Hari ini adalah hari terakhir di bulan desember di tahun 2011....banyak harapan lah ya pastinya...tapi target yang pasti BISA KE JEPANG DAN KETEMU ARISU...hahhaha

oke happy new year buat semuanyaaaa!